Puisi Satu Petak Waktu
Satu Petak Waktu
sungguh aku telah lupa
Muharram lalu sedang apa
aku bagai menanam alpa
di delapan penjuru ingatan
lebih dari separuh tahun
tumbuhan dosa berbau busuk
memenuhi petak waktu. Membumbun
merupa dedaunan hitam gemerusuk
kini aku menuai sampah
yang tumbuh dari barisan gelisah
menggunung sudah rasa resah
umur yang singkat tiada berfaedah
Muharram, aku berjanji
menanam bibit-bibit cinta
mengurai alpaku PadaNya
Tuhan, beri satu petak waktu
agar kutanam pohonan rindu
kusirami dedoa
hingga jiwa berbunga asa
tercium harum semerbak
dalam ranum kasihMu
1 September 2019
(1 Muharram 1441 H)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bunda Desi, Muharam dalam balutan puisi indah. Sukses selalu dan barakallah fiik
Betul Bunda Vivi... Muharram saatnya untuk Kita bermuhasabah merenungkan perjalanan yang telah lalu Dan memikirkan ke depan hendak berbuat apa. Terima kasih telah hadir di sini. Salam.