[Puisi] Prahara Eksodus
Tak cukupkah untukmu? Jantungku saja yang berdebar-debar mendengar kabar yang tersiar Dari para pujangga yang menangisi nasib sebuah kota
sekumpulan polusi mewarnai hari-harinya urat nadinya menghitam berbau tinja
Permata hijau yang menyejukkan terdiam di beberapa belokan taman-taman hanya gincu di bibir kota metropolitan
lalu paru-paru manalagi yang hendak kau tanami beton cakar ayam? Jika tinggal aspal hitam di manakah Orangutan bersemayam
Tak cukupkah mereka bersaing dengan lahan sawit yang membuat mereka lari terbirit-birit?
Atau kau tawarkan juga pada mereka duduk berdampingan dalam sebuah ruang bertembok granit tanpa dapat menikmati langit?
kau beradu argumen peradaban orang kota bakal memikat Orangutan untuk berhenti menjerit dan jumpalit setelah pepohonan berganti gedung-gedung pencakar langit
sejarah akan dituliskan ulang oleh anak cucu saat kau menjadi tulang-belulang
Apa kau yang mengoyak paru-paru dunia tanpa aba-aba
Ataukah Bekantan dan Crocodylus raninus tinggal nama-nama jalan raya sebagai satu-satunya tanda bahwa mereka pernah ada
Bandung, 3 September 2019
*Crocodylus raninus (Buaya Kalimantan)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi indah ungkapkan asa di dada. Sukses selalu dan barakallahu fiik untuk kesehatan Kakak dan barakallahu fiik
Semoga keindahan puisi ini bisa sampai kepada para pemegang kebijakan negeri ini untuk berpikir ulang dalam memutuskan perkara besar yang memengaruhi hajat orang banyak ya Bunda Vi... Terima kasih telah hadir, do'a yang sama buat Bunda Vi...